Pertimbangan Dalam Memilih Psikotest :
1. ORIENTASI TEORITIS
• Klinisi harus mengetahui tentang konstruk teori yang mendasari tes tersebut.
• Bisa dilihat pada manual test.
• Jika dalam manual tidak terdapat informasi yang cukup tentang hal tersebut, klinisi harus mencarinya pada sumber lain.
• Untuk melihat kesesuaian antara item tes dengan konstruk, dapat dilakukan dengan menganalisa tiap itemnya apakah sesuai dengan konstruknya.
2. PERTIMBANGAN PRAKTIS
• Penggunaan lebih berdasarkan pertimbangan praktis daripada konstruk teorinya.
• Beberapa tes mempunyai durasi waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan frustrasi testee. Untuk itu, administrasi tes dipersingkat (bukan yang berhubungan dengan batas waktu yang digunakan).
3. STANDARDISASI
• Ketepatan standardisasi sampel.
• Tiap tes mempunyai norma yang merefleksikan distribusi skor dari sampel yang standar.
• Skor tes individu berarti bahwa terdapat kesamaan antara individu yang dites dengan sampel standar.
• Testee dapat dibandingkan dengan sampel jika terdapat kesamaan karakteristik, misal: sampel adalah mahasiswa usia 18 – 25 tahun, norma ini hanya bisa digunakan pada testee yang mempunyai karakteristik sama seperti sampel.
• Standardisasi juga berlaku pada prosedur administrasi baik pemberian instruksi serta cara penyajian tes.
• Prosedur administrasi harus sama antara satu tester dengan tester yang lain.
• Standardisasi juga meliputi pencahayaan, setting, tanpa interupsi dan rapport yang baik.
4. RELIABILITAS
• Mengacu kepada derajat stabilitas, konsistensi dan ketepatan tes.
• Skor yang didapat testee akan sama jika individu tersebut dites lagi dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda.
• Perlu diperhatikan derajat error, misal: testee salah mengerjakan tes, tester salah dalam prosedur tes atau terjadi perubahan mood testeed, dsb.
• Jika derajat errornya besar maka hasil tes tersebut kurang reliabel (kurang dapat dipercaya).
• Hal yang perlu diperhatikan:
a. Keragaman performance seseorang.
Pengukuran kepribadian mempunyai variasi yang lebih besar daripada pengukuran kemampuan (ability).
Variabel ability (misal: intelegensi, bakat) berubah secara perlahan dan dipengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Pada variabel kepribadian perubahannya lebih besar salah satunya dipengaruhi oleh mood.
b. Metode psikotes tidak bersifat pasti.
Ilmu eksak; peneliti bisa secara pasti mengukur suatu variabel misalnya membandingkan berat badan seseorang dengan yang lain, dsb.
Psikologi; seringkali berbagai variabel diukur secara tidak langsung misalnya: IQ tidak dapat ditentukan secara langsung tapi diukur melalui perilaku yang menunjukkan kecerdasan.
5. VALIDITAS
• Mengacu kepada konsep apakah tes bisa dengan tepat mengukur suatu variabel.
• Tes yang valid harus mengukur dengan tepat suatu variabel yang seharusnya diukur dan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
0 comments:
Post a Comment